PASTY Kini Buka Sampai Malam
Pasar Satwa dan Tanaman Hias Kota Yogyakarta yang lebih dikenal dengan sebutan Pasty, kini beroperasi hingga malam hari.
Mengusung konsep 'Movement Point', pengoperasian malam hari di pasar yang terletak di Jalan Bantul kilometer 1 Dongkelan atau 5 kilometer di selatan Malioboro itu, ditargetkan dapat menggeliatkan aktivitas di kawasan Jogja selatan.
Mulai pukul 16.00 hingga 22.00 WIB, aktivitas di Pasty akan lebih banyak menampilkan kuliner dan kegiatan yang diminati kaum muda, "Pasty Movement Point ini merespon kondisi sisi selatan Kota Yogya yang biasanya ketika beranjak malam terkesan sangat sepi dari berbagai kegiatan dibanding Jogja bagian utara," ujar Kepala Bidang Penataan Pengembangan dan Pendapatan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Yogyakarta Gunawan Nugroho Hutomo Kamis 29 Agustus 2019.
Sehingga minimal dari program itu, dalam satu bulan sekali akan digelar berbagai kegiatan di pasar itu. Khususnya yang menyasar anak muda.
"Sedikitnya sudah ada 32 komunitas anak-anak muda di DIY dan sekitarnya yang siap bergabung. Itu nanti akan menjadi daya tarik agar kegiatan ini bisa menjadi pintu gerbang Yogya dari sisi selatan," ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwisutono mengatakan tak semua bagian Pasty akan dibuka pada malam hari. Kompleks pasar itu terbagi dalam dua bagian. Sisi timur yang sepenuhnya difungsikan untuk pasar aneka satwa, sedangkan sisi barat untuk pasar tanaman hias dan ikan hias.
"Pasty Movement Point ini hanya menggunakan sisi barat karena yang paling memungkinkan dari segi ruang. Sehingga ketika buka sampai malam hari tidak ada persoalan," ujarnya.
Pihaknya pun sudah menyiapkan berbagai kebutuhan seperti panggung, shelter dan tribun, stan kuliner, ruang usaha, co-working space serta tempat pertemuan. Yunianto menambahkan, sesuai dengan konsepnya, Pasty Movement Point ditargetkan menyasar komunitas kaum muda di Kota Yogya dan sekitarnya.
Pemerintah Kota Yogya menegaskan tidak menargetkan sisi komersial, melainkan memberi ruang untuk mewadahi potensi dan kreativitas anak muda sekaligus menggeliatkan sisi selatan yang menjadi perbatasan Kota Yogya dan Kabupaten Bantul itu.
"Kami dorong anak-anak muda bersama komunitasnya semakin produktif. Sehingga kami sediakan ruang bagi mereka sekaligus mendekatkan anak-anak milenial dengan pasar tradisional," ujarnya.
Pasty di Jogja selama ini bukan sekedar pasar biasa, dengan kekhasan dagangannya berupa satwa dan tanaman hias. Pasar nan rindang yang dihuni hampir 150 pedagang satwa dan tanaman hias itu, selain menjadi jujugan wisatawan lokal juga turis mancanegara.
Mereka mampir ke pasar itu, usai mengunjungi Parangtritis dan sekitarnya. Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi sebelumnya menuturkan Pasar Pasty telah menjadi salah satu destinasi wisata alternatif di Yogyakarta. "Jadi wisatawan tidak hanya mampir ke Pasar Bringharjo untuk belanja batik, tapi ada juga Pasty bagi mereka yang gemar wisata agro," ujarnya.
Mengusung konsep 'Movement Point', pengoperasian malam hari di pasar yang terletak di Jalan Bantul kilometer 1 Dongkelan atau 5 kilometer di selatan Malioboro itu, ditargetkan dapat menggeliatkan aktivitas di kawasan Jogja selatan.
Mulai pukul 16.00 hingga 22.00 WIB, aktivitas di Pasty akan lebih banyak menampilkan kuliner dan kegiatan yang diminati kaum muda, "Pasty Movement Point ini merespon kondisi sisi selatan Kota Yogya yang biasanya ketika beranjak malam terkesan sangat sepi dari berbagai kegiatan dibanding Jogja bagian utara," ujar Kepala Bidang Penataan Pengembangan dan Pendapatan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Yogyakarta Gunawan Nugroho Hutomo Kamis 29 Agustus 2019.
Sehingga minimal dari program itu, dalam satu bulan sekali akan digelar berbagai kegiatan di pasar itu. Khususnya yang menyasar anak muda.
"Sedikitnya sudah ada 32 komunitas anak-anak muda di DIY dan sekitarnya yang siap bergabung. Itu nanti akan menjadi daya tarik agar kegiatan ini bisa menjadi pintu gerbang Yogya dari sisi selatan," ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwisutono mengatakan tak semua bagian Pasty akan dibuka pada malam hari. Kompleks pasar itu terbagi dalam dua bagian. Sisi timur yang sepenuhnya difungsikan untuk pasar aneka satwa, sedangkan sisi barat untuk pasar tanaman hias dan ikan hias.
"Pasty Movement Point ini hanya menggunakan sisi barat karena yang paling memungkinkan dari segi ruang. Sehingga ketika buka sampai malam hari tidak ada persoalan," ujarnya.
Pihaknya pun sudah menyiapkan berbagai kebutuhan seperti panggung, shelter dan tribun, stan kuliner, ruang usaha, co-working space serta tempat pertemuan. Yunianto menambahkan, sesuai dengan konsepnya, Pasty Movement Point ditargetkan menyasar komunitas kaum muda di Kota Yogya dan sekitarnya.
Pemerintah Kota Yogya menegaskan tidak menargetkan sisi komersial, melainkan memberi ruang untuk mewadahi potensi dan kreativitas anak muda sekaligus menggeliatkan sisi selatan yang menjadi perbatasan Kota Yogya dan Kabupaten Bantul itu.
"Kami dorong anak-anak muda bersama komunitasnya semakin produktif. Sehingga kami sediakan ruang bagi mereka sekaligus mendekatkan anak-anak milenial dengan pasar tradisional," ujarnya.
Pasty di Jogja selama ini bukan sekedar pasar biasa, dengan kekhasan dagangannya berupa satwa dan tanaman hias. Pasar nan rindang yang dihuni hampir 150 pedagang satwa dan tanaman hias itu, selain menjadi jujugan wisatawan lokal juga turis mancanegara.
Mereka mampir ke pasar itu, usai mengunjungi Parangtritis dan sekitarnya. Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi sebelumnya menuturkan Pasar Pasty telah menjadi salah satu destinasi wisata alternatif di Yogyakarta. "Jadi wisatawan tidak hanya mampir ke Pasar Bringharjo untuk belanja batik, tapi ada juga Pasty bagi mereka yang gemar wisata agro," ujarnya.
No comments
Post a Comment