Soto Sulung Nan Enak dan Legendaris
Soto Sulung Stasiun Tugu sudah tidak lagi berlokasi di Stasiun Tugu sejak pertengahan 2016. Kini salah satu soto enak dan legendaris di Yogyakarta ini menempati lokasi baru di Jalan Gedong Kuning Selatan No. 1 Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta, tepatnya seberang BPJS Jalan Gedongkuning.
Sejak revitalisasi Stasiun Tugu, soto yang lahir tahun 1968 ini sempat pindah di Jalan Timoho, Yogyakarta sebelum akhirnya pindah ke Jalan Gedong Kuning sampai sekarang.
Soto Sulung pendirinya adalah Malik Marzudin. Nama Sulung diambil dari nama gang di daerah Surabaya, dan mempunyai arti anak pertama. Pertama kali Soto Sulung dijual secara dipikul ke Jalan Senopati, Yogyakarta kemudian mulai menetap di Stasiun Tugu sekitar tahun 1970.
Kini Soto Sulung sudah diteruskan oleh generasi kedua. Anak-anak dari Malik Marzudin mendirikan soto-soto Sulung yang lain antara lain Soto Sulung Malabat, Soto Sulung Bu Mut, Soto Sulung Kalianyar, Soto Sulung Stasiun Tugu dan Soto Sulung di Jalan Wonosari.
Soto Sulung dengan nama Soto Sulung Stasiun Tugu kini dikelola oleh Khristina Artha Sorayan dan Abdul Muridhan.
Soto Sulung Stasiun Tugu mempunyai ikon atau brand ambassador tersendiri yakni peracik sotonya bernama Rahudi (57). Sudah sejak tahun 1980-an Rahudi menjadi bagian dari warung Soto Sulung Stasiun Tugu, sehingga pelanggan hafal dengan Rahudi. Pelanggan biasanya akan mencari Rahudi dan bisa mengenali Soto Sulung Stasiun Tugu yang asli dari kehadiran Rahudi.
Penyajian Soto Sulung terbilang unik dan khas yakni nasi yang dibungkus daun pisang. Pembungkus di dalam adalah daun pisang dan di bagian luar adalah kertas.
Pelanggan bebas menuangkan nasi ke mangkuk soto atau dimakan secara terpisah. Ciri khas penyajian dan cara makan inilah yang membedakan Soto Sulung Stasiun Tugu dengan soto-soto yang lain.
Selain penampilan makanan, terdapat tempat meracik soto yang unik. Berbentuk gerobak pikul dengan ornamen berbentuk tanduk. Tempat meracik ini tetap dipertahankan sampai saat ini.
Soto Sulung Stasiun Tugu bisa dibilang berbeda dengan soto-soto yang lain, terlihat dari isian soto. Soto Sulung Stasiun Tugu tidak menambahkan sayuran dan bihun ke dalam soto, sehingga isian murni daging sapi atau jeroan.
Soto daging terdiri daging dan kuah sedangkan soto campur terdiri dari campuran dari daging, babat dan usus. Menu yang banyak dipesan adalah soto campur karena varian isinya.
Untuk pelanggan yang takut dengan kolesterol jangan khawatir karena ada menu soto isian daging saja, yang tak kalah nikmat. Pelanggan juga bisa menambahkan telur rebus sehingga kuah akan mengental dan membuat kuah Soto Sulung semakin gurih dan nikmat.
Perpaduan kuah soto yang gurih, dengan daging sapi yang banyak dan telur rebus menjadikan soto semakin nikmat, apalagi disantap saat masih panas.
Sejak revitalisasi Stasiun Tugu, soto yang lahir tahun 1968 ini sempat pindah di Jalan Timoho, Yogyakarta sebelum akhirnya pindah ke Jalan Gedong Kuning sampai sekarang.
Soto Sulung pendirinya adalah Malik Marzudin. Nama Sulung diambil dari nama gang di daerah Surabaya, dan mempunyai arti anak pertama. Pertama kali Soto Sulung dijual secara dipikul ke Jalan Senopati, Yogyakarta kemudian mulai menetap di Stasiun Tugu sekitar tahun 1970.
Kini Soto Sulung sudah diteruskan oleh generasi kedua. Anak-anak dari Malik Marzudin mendirikan soto-soto Sulung yang lain antara lain Soto Sulung Malabat, Soto Sulung Bu Mut, Soto Sulung Kalianyar, Soto Sulung Stasiun Tugu dan Soto Sulung di Jalan Wonosari.
Soto Sulung dengan nama Soto Sulung Stasiun Tugu kini dikelola oleh Khristina Artha Sorayan dan Abdul Muridhan.
Soto Sulung Stasiun Tugu mempunyai ikon atau brand ambassador tersendiri yakni peracik sotonya bernama Rahudi (57). Sudah sejak tahun 1980-an Rahudi menjadi bagian dari warung Soto Sulung Stasiun Tugu, sehingga pelanggan hafal dengan Rahudi. Pelanggan biasanya akan mencari Rahudi dan bisa mengenali Soto Sulung Stasiun Tugu yang asli dari kehadiran Rahudi.
Penyajian Soto Sulung terbilang unik dan khas yakni nasi yang dibungkus daun pisang. Pembungkus di dalam adalah daun pisang dan di bagian luar adalah kertas.
Pelanggan bebas menuangkan nasi ke mangkuk soto atau dimakan secara terpisah. Ciri khas penyajian dan cara makan inilah yang membedakan Soto Sulung Stasiun Tugu dengan soto-soto yang lain.
Selain penampilan makanan, terdapat tempat meracik soto yang unik. Berbentuk gerobak pikul dengan ornamen berbentuk tanduk. Tempat meracik ini tetap dipertahankan sampai saat ini.
Soto Sulung Stasiun Tugu bisa dibilang berbeda dengan soto-soto yang lain, terlihat dari isian soto. Soto Sulung Stasiun Tugu tidak menambahkan sayuran dan bihun ke dalam soto, sehingga isian murni daging sapi atau jeroan.
Soto daging terdiri daging dan kuah sedangkan soto campur terdiri dari campuran dari daging, babat dan usus. Menu yang banyak dipesan adalah soto campur karena varian isinya.
Untuk pelanggan yang takut dengan kolesterol jangan khawatir karena ada menu soto isian daging saja, yang tak kalah nikmat. Pelanggan juga bisa menambahkan telur rebus sehingga kuah akan mengental dan membuat kuah Soto Sulung semakin gurih dan nikmat.
Perpaduan kuah soto yang gurih, dengan daging sapi yang banyak dan telur rebus menjadikan soto semakin nikmat, apalagi disantap saat masih panas.
No comments
Post a Comment